Kita pasti pernah mendengar
tentang "Menurut ilmu fisika, tekanan berbanding lurus dengan gaya. Jadi
kalau lo ngerasa hidup lo penuh tekanan, mungkin karna lo kebanyakan
gaya!". Well.. Memang kelihatannya kalimat ini memang benar dan memang banyak
yang menyetujuinya termasuk ane sendiri
gan pada awalnya, namun setelah dipikir2.. Ane tidak sepenuhnya setuju.. (●ʘ̅ㅈʘ̅●)
Rumus Fisika
Memang menurut rumus fisika
P=F/A terlihat bahwa tekanan yang dilambangkan dengan huruf P (Pressure) berbanding
lurus oleh Gaya yang dilambangkan dengan huruf F (Force). Bila P (pressure)
dalam kehidupan ini mewakili beratnya cobaan yang agan rasakan, dan F (force)
mewakili gaya atau gengsi yang agan lakukan, maka contoh berikut ini akan
mewakili kehidupan yang sebenarnya.
Contoh 1:
Wilman adalah seorang karyawan
swasta bagian IT pada suatu perusahaan di Jakarta, gajinya pun gak lebih dari 4
juta per bulan dan masi tinggal di rumah kost. Namun.. tau sendiri yee..
Jakarta yang penuh dengan glamour bin hedonisme membuat si Wilman lupa diri
┌( ಠ_ಠ)┘, diapun berusaha keras untuk menambah penghasilannya agar hidupnya lebih keren bergaya, mulai dari jualan snack yang dititipin ke ibu kost sampai terima jasa bikin aplikasi untuk skripsi adek2 kelas. Alhasil setelah menabung, si Wilman berhasil membeli mobil sedan bekas, dengan tujuan membuat takjub cewe-cewe yang lagi dia deketin, walaupun masih nyicil dengan bayar tagihan yang terseok-seok dan penuh depresi karna gajinya cuma naik sedikit bila dibanding dari tahun lalu. Dalam kasus ini, BENAR memang Wilman semakin tertekan hidupnya demi memenuhi kebutuhannya untuk bergaya щ(゜ロ゜щ) . Namun kita akan lihat contoh ke2
┌( ಠ_ಠ)┘, diapun berusaha keras untuk menambah penghasilannya agar hidupnya lebih keren bergaya, mulai dari jualan snack yang dititipin ke ibu kost sampai terima jasa bikin aplikasi untuk skripsi adek2 kelas. Alhasil setelah menabung, si Wilman berhasil membeli mobil sedan bekas, dengan tujuan membuat takjub cewe-cewe yang lagi dia deketin, walaupun masih nyicil dengan bayar tagihan yang terseok-seok dan penuh depresi karna gajinya cuma naik sedikit bila dibanding dari tahun lalu. Dalam kasus ini, BENAR memang Wilman semakin tertekan hidupnya demi memenuhi kebutuhannya untuk bergaya щ(゜ロ゜щ) . Namun kita akan lihat contoh ke2
Contoh 2:
Budiman adalah seorang
pengusaha garmen yang cukup sukses, sudah menikah, dan memiliki 2 orang anak.
Budiman adalah orang yang ulet sedari muda, usaha yang dirintis dari awal pun
berbuah manis dan mendatangkan rejeki materi yang cukup melimpah bagi keluarganya dan punya banyak rekening gendut di beberapa
bank (•̀ᴗ•́)و ̑̑. Namun Budiman adalah orang yang sangat irit. Untuk beli baju anak-anaknya
dan istrinya mungkin 1 tahun hanya 1x saja, apalagi si Budiman, mungkin 3 tahun
sekali dia baru beli baju baru, itupun yang lagi diskon. Budiman tidak punya mobil, hanya naik motor,
dia bilang ke anaknya “Hidup gak usah banyak gaya nak, harus hemat, kalo pake
mobil pajaknya mahal, bensinnya pun boros, mendingan uangnya ditabung di bank v(=∩_∩=) ”.
Dibandingkan dengan contoh pertama tadi, terlihat bahwa tingkat gaya Budiman
jauh di bawah Wilman tadi, tapi.. Apakah tekanan hidup Budiman juga jauh di
bawah Wilman? BELUM TENTU!
Dalam rumus P=F/A banyak orang
yang hanya melihat variable P (tekanan) dan F (gaya), namun yang jarang
terlintas di pikiran agan sekalian adalah masih ada 1 variabel lainnya, yaitu
Luas Penampang yang dilambangkan dengan huruf A, yang bila ane ekspresikan dari
kehidupan ini adalah sebagai Kemampuan Ekonomi.
Mari kita simak kembali contoh
pertama dan kedua, bila variabel A diikutsertakan.
Dalam kasus Wilman, rumus yang
berlaku adalah:
P (tekanan) atau stres Wilman =
F (gaya) / A (Kemampuan Ekonomi)
Misalkan kita asumsikan
tingkat gaya si Wilman adalah 7 poin (range 1-10)
Dan kemampuan ekonominya
adalah 4 poin (range 1-10)
Maka didapat P=7/4=1.75 poin.
Dalam kasus Budiman, rumus
yang berlaku adalah:
Misalkan kita asumsikan
tingkat gaya si Budiman adalah 1 poin (range 1-10)
Dan kemampuan ekonominya
adalah 9 poin (range 1-10)
Maka didapat P=1/9=0.11 poin.
Dari kedua contoh tadi didapat
P1 (tekanan Wilman) lebih besar dari P2 (tekanan Budiman), tapi dalam kehidupan
nyata Budiman bisa jadi mendapatkan tekanan dalam hal yang berbeda dari Wilman.
Dalam kasus Budiman tadi, seorang pengusaha garmen yang mampu membeli mobil
mewah, tapi karena dia mau irit alias pelit, Budiman bela-belain naek motor,
alhasil dia pun pasti tertekan karena sering kehujanan dan kepanasan (ノ´д`) , dan juga permintaan anak dan istrinya
yang ingin juga naik mobil. Belum lagi cemoohan dari karyawan dan kerabatnya. “Dih,
lihat tu si Budiman, punya uang selangit tapi pelit merjit, kalo gw si uda beli
helikopter kali!”. Di sini terlihat nilai variabel P yang kecil belum tentu menentukan
tekanan hidup sebenarnya. Sekarang mari kita lihat contoh ke3.
Contoh ke3:
Bisma adalah seorang pengusaha
makanan yang cukup sukses, sudah menikah, dan memiliki 1 orang anak. Bisma adalah
orang yang ulet sedari muda, usaha yang dirintis dari awal pun berbuah manis
dan mendatangkan rejeki materi yang cukup melimpah bagi keluarganya. Bisma yang
bijaksana, karena materinya sudah cukup melimpah, maka ia memutuskan untuk
membeli beberapa mobil mewah, selain karena nyaman, tapi juga meningkatkan prestisenya
di hadapan kliennya, Bisma juga membeli Rumah yang mewah dan juga punya beberapa villa
untuk tempat liburan keluarganya dan dipinjamkan ke klien prioritasnya bila
sedang berlibur.
Dalam kasus Bisma, rumus yang
berlaku adalah:
Misalkan kita asumsikan
tingkat gaya si Bisma adalah 8 poin (range 1-10)
Dan kemampuan ekonominya
adalah 8 poin (range 1-10)
Maka didapat P=8/8=1 poin.
Bisma hidup dengan SEIMBANG (^・o・^)ノ ! Dia
bergaya karna punya kemampuan ekonomi yang setara dengan gayanya. Sehingga dari
ketiga contoh di atas, maka Bisma adalah yang memiliki tekanan hidup yang paling rendah dibanding Wilman dan Budiman.
Kesimpulan
Dalam kehidupan nyata, bisa ane
simpulkan bahwa rumus P=F/A dapat diterapkan, namun dengan catatan: Nilai
tekanan yang teroptimal yang membuat bahagia adalah dimana nilai F sama dengan
nilai A, dan menghasilkan P adalah 1 poin.
Nilai kehidupan yang bisa
dipetik adalah:
Sebagai seorang manusia, kita
harus menyelaraskan gaya kita dengan kemampuan ekonomi kita, jangan karena
tuntutan dari lingkungan sekitar, melihat temen-temen agan punya gadget baru,
punya motor baru, punya mobil baru, akhirnya agan maksa-maksain buat beli tu
barang dengan cara nyicil padahal gak sesuai dengan kemampuan ekonomi agan,
akhirnya agan terlilit hutang dan hidup dengan tertekan untuk membayar hutang. へ(´д`へ)
Namun, bila agan punya rejeki,
janganlah agan super irit dan pelit sehingga tidak bisa menikmati hidup,
belilah apa yang dirasa mampu dengan mengukur kemampuan ekonomi agan, sehingga
agan sekalian bisa menikmati hidup dengan tekanan yang optimal. ᕕ(ᐛ)ᕗ
"Menurut ilmu fisika,
tekanan berbanding lurus dengan gaya. Jadi kalau lo ngerasa hidup lo penuh
tekanan, mungkin karna lo kebanyakan gaya YANG TIDAK DISESUAIKAN DENGAN
KEMAMPUAN EKONOMI".
(ノ ̄ー ̄)ノ
(ノ ̄ー ̄)ノ
No comments:
Post a Comment